Sabtu malam kemarin pada saat menonton Wallabies vs England seorang teman menanyakan kenapa saya mau menjadi referee rugby.. muka saya masih setengah gosong karena menjadi referee di turnamen Rugby antar SMA pada hari itu. Kenapa mau jadi referee? Rasanya tiap ada yang nanya pertanyaan itu saya selalu punya jawaban yang berbeda..
“I got injured and couldnt play for a while.. so I decided to join the referee to get to know the laws better”
Ini alasan yang sebenarnya kurang benar tapi cukup masuk diakal. Saya biasanya jawab ini apabila yang nanya sesama pemain Rugby. Mereka akan ngerti karena tau sebelnya getting injured and sit down by the sideline. Sebenarnya saya ambil Referee Course lv 1 tahun 2008, sebelum saya cedera. Tapi saya beneran dapet banyak ilmu dan pengetahuan mengenai laws of rugby yang super ribet pada awalnya dan sangat menarik untuk dipelajari.
“Someone should do it.. for Indonesia..”
Ini alasan yang politically correct. Biasanya ini tepat apabila yang menanyakan mengerti kondisi rugby di indonesia yang sedang berkembang dan selama ini kita telah banyak dibantu oleh para ekspatriate di indonesia. Apabila sudah tidak ada ekspatriate di indonesia yang bisa membantu jadi referee gimana? Sampai saat ini saya satu satunya orang indonesia yang sudah ambil iRB Referee Course lv 2 (bukan berarti mendapat sertifikat lv 2 ya)..
Ada banyak alasan lain yang biasanya kepikiran dan saya sampaikan apabila ditanya mengenai ini. Saya juga dulu (di kehidupan sebelumnya) sering menjadi referee bola basket lho..
Rugby Referee punya tanggung jawab yang paling besar di lapangan. Prioritas oleh referee adalah keselamatan pemain baru kemudian keadilan. Apa yang berbeda dari Referee rugby dibanding olahraga lainnya?
Rugby adalah permainan yang membutuhkan disiplin yang tinggi. Heyneke Meyer pernah bilang: “Ballroom dancing is contact sport. Rugby is a collision sport”. Jadi dibutuhkan disiplin yang tinggi untuk bermain rugby. Kita tidak puny peraturan (rules) tapi menggunakan hukum (law) untuk mengatur permainan ini menyenangkan. Referee bertanggungjawab mengatur pola permainan ini menyenangkan dan tidak membahayakan pemain. Menarik kan?
Rugby Referee sebagai aparat penegak hukum di lapangan dihormati oleh setiap pihak. Hanya captain yang berhak mengajukan permohonan untuk berbicara dengan Referee. Berhak mengajukan lho.. belum sampai ngomong.. Jadi ngga akan ada pemandangan seperti game sepakbola dimana pemain bahkan pelatih mengerumuni wasit dan protes dan mengintimidasi wasit.
Berkuasa? Yup! Tapi seperti kata Uncle Ben, “With Great Power comes Great Responsibility..” Rugby Referee punya tanggungjawab yang berat. Hebatnya Rugby, kita tidak takut dengan teknologi. Disaat sepakbola terlihat ragu-ragu menerima teknologi untuk menentukan siaran ulang video untuk menentukan goal atau tidak, Rugby sudah menggunakan 4th official yang menggunakan video untuk menentukan apakah Try atau tidak bahkan apakah ada pelanggaran yang terjadi sebelumnya. Bahkan sekarang Referee sudah menggunakan Camera di bagian kerah sehingga bisa menampilkan Referee video yang menampilkan pandangan referee di game. Super Keren kan?
Referee berkomunikasi dengan Assistant Referee (hakim garis) dan 4th official menggunakan Handy Talkie dan komunikasi mereka disiarkan langsung di TV. Di pertandingan yang disiarkan di TV, kita bisa mendengar bagaimana Referee menasehati captain team. Yang saya paling ingat adalah bagaimana di tengah pertandingan, Ref Nigel Owens menasehati pemain Treviso yang bertingkah bahwa dia adalah Referee dan This is not Soccer.. #burn
Kembali ke alasan saya menikmati menjadi Referee, rasanya tidak ada alasan yang lebih universal selain menjelaskan bahwa Rugby sudah menjadi bagian hidup saya. Setiap saya menonton pertandingan rugby, saya bisa membayangkan perasaan pemain, pelatih hingga Referee pertandingan itu. Saya bisa memberikan komentar dimana kelemahan team yang bertanding hingga kelemahan Referee nya. Such a wonderful feeling to get really involved in the sport that you love..
Priiiit!!
Fikri
*sampai saat ini saya sudah beruntung bisa menjadi referee di berbagai turnamen antar SMA, antar club di Jakarta hingga turnamen terbesar di Indonesia yaitu Jakarta 10s dan Bali Rugby Fest. Tahun 2011 saya juga menjadi Assistant Referee di pertandingan Asian 5 Nations di Jakarta. Tapi yang paling berkesan adalah menjadi Referee di Bali Rugby Fest, dimana saya menjadi satu-satunya orang Indonesia yang menjadi Referee sementara yang lain dari Malaysia, Singapore, UAE, Hongkong, Australia..
Kereeennnn 🙂