Winners never quit and quitters never win

Ada suatu pengalaman berharga yang saya dapatkan dari Coach Jamie pada suatu pertandingan rugby antara Jakarta Banteng dengan salah satu team di Jakarta. Pertandingan diadakan di ISCI Ciputat dan terkenal sebagai daerah macet. Saya datang lebih awal di lapangan dan beberapa pemain masih belum datang karena  kemacetan atau hal lain.

Setelah pemanasan akhirnya Coach Jamie menunjuk saya bermain di posisi fly half (#10) karena fly half kita masih belum datang. Fly half is not my natural position and I kinda doubt myself to play well that day. Tapi karena tidak ada pilihan lain, saya menyanggupi dan memulai pertandingan dengan keraguan dan sedikit mengutuk kenapa teman saya telat datang.

Permainan berlangsung dengan alot dan saya bermain sambil terus melirik ke pinggir lapangan berharap fly half kami datang. Masalah demi masalah terus datang dan team kami tidak terbiasa dengan saya sebagai fly half. Setelah 10 menit team lawan berhasil mencetak try. Pada saat itu saya merasa gagal dan melihat ke pinggir lapangan.. ternyata teman saya yang fly half sudah hadir dan sudah siap main. Setengah berlari saya menghampiri Coach Jamie dan menawarkan saya diganti. Coach Jamie dengan kebingungan langsung nanya. “ Why? Are you injured?” saya Cuma bisa tertegun dan menggeleng dan menunjuk ke teman saya yang sudah siap bermain. Dengan tenang Coach melanjutkan kalimatnya “You may step out, but don’t expect you will have my respect if you come out before you have done your best for the team.” – mungkin kalimatnya tidak persis seperti itu tapi inti kalimatnya seperti itu. Kalimat itu merupakan tamparan keras buat saya. Saya disadarkan bahwa bermain rugby tidak boleh setengah-setengah. It is a battle out there and we never stop until the final whistle.

Permainan rugby merupakan permainan yang sangat menuntut disiplin dan konsentrasi. Dibutuhkan stamina yang cukup untuk bisa bermain satu game penuh. Tapi yang paling penting adalah keteguhan hati seorang pemain rugby. Butuh keteguhan hati yang kuat untuk bisa berdiri kembali setelah ditackle musuh. Butuh keteguhan hati yang lebih kuat lagi untuk bangkit setelah melakukan kesalahan dan mengakibatkan musuh bisa merebut poin dari kesalahan kita. I am not a big rugby player, and I can remember more than a few times I got a huge tackle. Mungkin ini yang membedakan pemain rugby dengan pemain olahraga lain. Disaat pemain olahraga lain berpura-pura cedera untuk mendapatkan simpati wasit, pemain rugby berpura-pura tidak cedera agar bisa terus bermain sampai titik darah penghabisan. Buat pemain rugby, untuk cedera dan duduk di pinggir lapangan, tidak bisa bermain merupakan cobaan terberat yang harus dialami.

Yang pernah main rugby dan merasakan tackle yang sangat keras pasti mengerti beratnya bangkit dan terus bermain. Badan rasanya remuk, blood rushing to your head.. kepala jadi pusing and in a few cases, you can just black out. All of the adrenaline rush and then you will think: “why would you do this to yourself? You are getting kicked in the ass, dumped by the opponent for just a game? All of the bruises, scrapes, and God-know-what can happen to your body.. why? Why?”

Disaat inilah pemain rugby harusnya sadar bahwa this is not just a game. Rugby is more than just a game.. Rugby represent our life. we all know that we will shed our blood for the team if we have to. We all sacrifice something for the team. If we quit before we have done our best, we will let the team down.. we are rugby player. We don’t play possum or fake injuries.. we will not stop until the final whistle..

London Irish v Bath - AVIVA PremiershipPhoto: READING, ENGLAND – JANUARY 01:  Lewis Moody of Bath (L) prepares to tackle Matt Garvey of London Irish during the Aviva Premiership match between London Irish and Bath Rugby at Madejski Stadium on January 1, 2011 in Reading, England.  (Photo by Scott Heavey/Getty Images)

we are rugby player. We dont play possum or fake injuries.. we will not stop until the final whistle..

Pelajaran ini bisa diterapkan di banyak hal di kehidupan kita, bukan hanya dalam permainan rugby. Berapa banyak godaan untuk berhenti mengejar impian kita? Berapa kali kita menyerah untuk mengakui kekalahan sebelum ‘pertandingan’ selesai? Dalam kasus kecil kita pasti pernah mengalami beratnya membagi waktu untuk belajar dan mendapatkan nilai pada saat sekolah (atau kuliah) kan? Ada saatnya kita menyerah untuk belajar dan menerima nilai yang akan kita dapatkan dengan minimnya belajar kita? Bagaimana dengan organisasi? Selalu ada kesempatan untuk mengundurkan diri dari organisasi yang kita ikutin kan? Kerjaan yang terlalu berat juga bikin orang resign kan?

Bagaimana kalau kita anggap ‘waktu pertandingan’ nya adalah seumur hidup kita. Peluit akhir akan dibunyikan pada akhir hidup kita. Bagaimana kita berjuang hingga waktu kita selesai? Seberapa besar keteguhan hati kita untuk terus bangkit apabila ditimpa musibah? Berapa sering kita mendengar atau melihat sendiri kerasnya perjuangan hidup seseorang yang ditimpa musibah? penyakit terminal atau cacat seseorang yang membikin dia berjuang lebih keras?

0922194218cody-mccaslandphoto: Nine-year-old Cody McCasland in an Endeavour Game. More on Cody here

Kembali ke game yang saya alami waktu itu, saya kembali ke lapangan dan meneruskan permainan dengan keyakinan penuh dan berjuang sekuat tenaga hingga akhirnya wasit meniupkan peluit akhir pertandingan. Saya sudah lupa skor akhir pertandingan itu tapi saya akan terus mengingat pelajaran berharga yang saya ambil saat itu..

Winners never quit and quitters never win..

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s